Monday, July 4, 2016

Matahari dan Bulan

Dahulu sekali, hiduplah seorang wanita miskin dengan kedua anaknya yang bernama Kusuf dan Khusuf (silakan baca penjelasannya di bawah ini). Dia bekerja di rumah keluarga lain.

Suatu hari di rumah keluarga majikannya ada pesta yang dihadiri beberapa orang kaya. Ada sisa beberapa kue beras. Wanita miskin ini membawa beberapa kue beras untuk diberikan pada kedua putrinya.

Dalam perjalanan pulang, dia berpapasan dengan harimau besar. “Beri aku sepotong kue beras, maka takkan kumakan dirimu,” kata harimau. Wanita itu memberikan sepotong kue beras untuk harimau, tapi harimau terus mengikutinya.

“Beri aku sepotong kue beras lagi, maka aku takkan memakanmu,” harimau menambahkan. Wanita itu memberikan sepotong kue beras untuk harimau. Harimau itu terus meminta kepada wanita itu, kue beras lagi, sampai akhirnya wanita itu menyerahkan semua kue beras miliknya pada harimau itu. Karena dia tidak lagi memiliki kue beras, maka harimau pun memakannya.

Setelah itu, selanjutnya sang harimau mengenakan pakaian wanita itu dan pergi ke rumahnya. Dia berpura-pura menjadi ibunya kepada anak-anak wanita itu. “Buka pintu, Sayang,” kata harimau.

“Kau bukan ibuku, suaramu terlalu serak. Suara ibuku lembut,” kata Khusuf. Kusuf kemudian meminta ibu gadungan itu untuk menunjukkan tangannya. Harimau pun menjulurkan tangannya yang penuh bulu pada mereka. Keduanya sepakat jika tangan ibu mereka jauh lebih putih dibandingkan dengan tangan seseorang yang mengaku sebagai ibunya yang lebih gelap dan ditumbuhi banyak bulu.

Harimau tak kurang akal. Dia menutupi tangannya dengan tepung. Kemudian, dia kembali menunjukkan tangan putih pada Khusuf dan Kusuf. Mereka berdua pun percaya jika harimau itu adalah ibu mereka. Karena itu, mereka membukakan pintu. Begitu masuk ke dalam rumah, harimau segera ke dapur. Dia mengaku ingin membuatkan Khusuf dan Kusuf makan malam.

Khusuf melihat ekor di belakang ibunya. Dia berkeyakinan ibunya bukanlah ibunya. “Dia bukan ibu kita. Dia harimau!” katanya, “Kita harus kabur secepatnya dari sini!”

Khusuf dan Kusuf pun keluar rumah dan segera memanjat ke pohon dekat sumur rumah. Harimau kebingungan mencari mereka, tapi dia melihat bayangan Khusuf dan Kusuf di air sumur. “Kalian di sumur rupanya. Aku akan mengambil kalian dengan mangkuk,” kata harimau.

Kusuf terkikik mendengar tingkah laku harimau. Tawa Kusuf justru membuat harimau tahu jika Khusuf dan Kusuf berada di atas pohon. Harimau coba memanjatnya, tapi tak bisa. Dia bertanya bagaimana mereka berdua bisa naik ke atas pohon? Khusuf menjawab supaya harimau mengoleskan sedikit minyak di tangannya.

Harimau mengikuti saran Khusuf. Kemudian dia coba memanjat pohon lagi, tapi itu malah membuatnya tergelincir ke bawah. Kusuf terkikik lagi. Dia memberitahu harimau untuk membuat ceruk kecil di batang pohon dengan kapak sebagai “tangga” naik. Harimau mengikuti saran Kusuf. Sontak Khusuf dan Kusuf ketakutan.

Khusuf-Kusuf pun berdoa kepada Tuhan supaya menjulurkan tali pada mereka, sehingga mereka bisa selamat.

Tak lama, sebuah tali jatuh dari atas langit. Khusuf dan Kusuf memegang tali itu dan naik ke atas. Harimau pun tak bisa menangkap mereka berdua. Harimau pun berdoa supaya Tuhan menjulurkan tali untuknya juga. Doa itu dikabulkan. Harimau mengambil tali tersebut dan segera naik ke atas, tapi itu tidak lama karena tali yang dipakainya memanjat putus. Dia pun jatuh kembali ke bumi.

Khusuf dan Kusuf  pun terus naik  ke langit. Khusuf menjadi bulan dan Kusuf menjadi matahari.